Erupsi Merapi terjadi pada pukul 05.22 WIB, Rabu (3/3/2020). Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) menginformasikan, letusan Merapi di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) ini juga memicu awan panas guguran yang bergerak ke arah hulu Kali Gendol dengan jarak maksimum 2 kilometer.
"Arah angin saat erupsi ke utara," demikian
keterangan di akun twitter resmi BPPTKG
Hujan Abu Radius 10 Kilometer
Kepala BPPTKG Hanik Humaida menerangkan, letusan Gunung
Merapi terekam dalam seismograf dengan amplitudo 74 mm dan durasi 450 detik.
Awan panas teramati jauh kurang dari 2 kilomter di sektor Selatan-Tenggara.
Angin saat kejadian letusan mengarah ke Utara Timur.
Sehingga hujan abu dilaporkan terjadi dalam radius 10 km dari puncak terutama
wilayah Kecamatan Musuk dan Cepogo Boyolali.
"Hujan abu bercampur pasir dilaporkan terjadi di wilahah Desa
Mriyan, Boyolali yang berjarak swkitar 3 km dari puncak Merapi," kata
Hanik dalam keterangan tertulisnya.
Fase Intrusi Magma ke Permukaan
Seperti pada letusan-letusan sebelumnya, erupsi Merapi hari
ini tidak didahului prekursor yang jelas. Atau bahasa awamnya, tidak ada tanda-tanda
perubahan fisika dan kimiawi yang bisa dirasakan. Letusan ini juga tidak
menunjukkan deformasi atau perubahan wujud yang signifikan.
Hanik menuturkan, rangkaian letusan sejak November 2019
hingga saat ini menjadi indikasi Gunung Merapi berada fase intrusi magma menuju
permukaan yang merupakan fase ke 7 dari kronologi aktivitas Merapi 2018-2020.
"Kejadian letusan semacam ini dapat terus terjadi sebagai indikasi suplai
magma dari dapur magma masih berlangsung," jelasnya.
Bahaya Letusan
Warga diimbau untuk menjaga radius 3 kilometer dari puncak
Gunung Merapi. Ancaman bahaya letusan ini berupa awan panas yang bersumber dari
bongkaran material kubah lava dan loncatan vulkanik dengan jangkauan kurang
dari 3 kilometer. Hitung-hitungan itu berdasarkan volume kubah yang sebesar
396.000 meter kubik dari data drone 19 November 2019. Stay safe ya bro!
Kolom abu imbas erupsi Merapi berdampak pada Bandara Adi
Soemarmo Solo yang harus ditutup sementara selama lebih dari dua jam. Sejumlah
penerbangan pesawat terdampak. Untuk diketahui, berdasarkan Ashtam VAWR 9293,
aktivitas erupsi gunung merapi menunjukkan level Red/Awas, yang berartikan
gunung berapi menunjukkan erupsi vulkanik sedang berlangsung. Untuk penerbangan
internasional, erupsi Gunung Merapi berdampak pada rute penerbangan A576S,
G461, sedangkan untuk penerbangan domestik berdampak pada rute W17N, W45, dan
W52.
Erupsi Merapi dalam Sejarah
Salah satu gunung api teraktif di Indonesia ini telah
berkali-kali meletus sejak dulu hingga kini. Erupsi tahun 1872, disebut-sebut
sebagai letusan terparah Gunung Merapi dalam sejarah modern. Erupsi pada 15
hingga 20 April 1872 kala itu bersifat eksplosif dan membentuk kolom dengan
tinggi lebih dari 10 kilometer. Nggak heran kalau peristiwa itu disebut-sebut
sebagai letusan Merapi paling dahsyat.
Erupsi awal terjadi pada 15 April 1872, kemudian mereda dua
hari sebelum akhirnya terjadi letusan utama selama tiga hari sejak tanggal 17
hingga 20 April 1872. Erupsi pertama pada 15 April 1872 tidak diawali dengan
gejala peningkatan aktivitas. Durasi total letusan yang berlangsung selama lima
hari menghancurkan kubah lava yang sebelumnya telah tumbuh sejak 1867 hingga
1871.
Letusan Merapi tahun 2010 itu juga termasuk letusan
mematikan. Catatan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) pada saat itu,
sebanyak 341 orang tewas, 368 orang dirawat di rumah sakit, dan 61.154 orang
dievakuasi. Satu di antara korban tewas yakni Raden Ngabehi Surakso Hargo atau
lebih dikenal dengan nama Mbah Maridjan, juru kunci Gunung Merapi.
Pada saat itu Mbah Maridjan ditemukan dengan luka bakar
dalam kondisi sambil bersujud menghadap ke selatan di dapur rumahnya di
Kinahrejo, Cangkringan pada 26 Oktober pagi. Rumah Mbah Maridjan hanya berjarak
4 Km dari Merapi. Mbah Maridjan dilaporkan terkena pinggiran awan panas, yang
diperkirakan panasnya mencapai 300 derajat celcius.
Post a Comment