Budaya
dan alam Dataran Tinggi Dieng akan berkolaborasi menghasilkan daya
pikat yang unik dan memukau. Jika Anda penasaran apa saja yang bisa
didapat di sana maka kunjungilah Dieng Culture Festival (DCF) 2015 yang
akan diselenggarakan pada 1-2 Agustus 2015.
DCF yang dihelat untuk keenam kalinya
ini merupakan pesta budaya terbesar di Dieng. Festival akan dimulai
dengan jalan sehat sembari menikmati hangatnya purwaceng, minuman herbal
khas Dieng. Anda juga dapat menikmati serangkaian atraksi seni budaya,
mulai dari pertunjukkan wayang kulit di tengah hawa dingin, pameran
kerajinan khas Dieng, festival film indie pelajar, pesta balon dan
lampion, serta meriahnya pagelaran ‘jazz di atas awan’.
Selain itu, saksikan upacara yang paling
ditunggu-tunggu wisatawan yakni ruwat rambut gimbal. Di Dieng, beberapa
anak memiliki rambut gimbal asli yang dilatarbelakangi keyakinan dan
mitos warga setempat. Pada puncak acara DFC, rambut anak-anak yang
gimbal secara alami tersebut akan dipotong kemudian diupacarakan untuk
dilarung ke sungai. Rambut gimbal tersebut haruslah dipotong, konon
katanya bila rambut gimbal dibiarkan, masyakat Dieng percaya anak itu
beserta keluarganya akan terancam musibah.
Anak-anak tersebut memiliki rambut
normal saat lahir namun suatu waktu mereka tiba-tiba akan mengalami
kejadian-kejadian tertentu yang diyakini sebagai awal mula tumbuhnya
rambut gimbal, yaitu suhu badan meninggi diikuti dengan tumbuhnya bintik
kecil di kepala. Lama kelamaan, bintik itu membesar dan rambutnya akan
menggimbal, saat itu pula orang tua sudah tau bahwa anaknya merupakan
keturunan Tumenggung Kolo Dete, pertapa berambut gimbal dari Majapahit.
Sebelum upacara pemotongan rambut akan
dilakukan ritual doa di beberapa tempat agar upacara dapat berjalan
lancar. Tempat-tempat tersebut adalah: Candi Dwarawati, komplek Candi
Arjuna, Sendang Maerokoco, Candi Gatot Kaca, Telaga Balai Kambang, Candi
Bima, Kawah Sikidang, komplek Pertapaan Mandalasari (gua di Telaga
Warna), Kali Pepek, dan tempat pemakaman Dieng.
Malam hari sebelum prosesi akan
dilakukan Upacara Jamasan Pusaka, yaitu pencucian pusaka yang dibawa
saat kirab anak-anak rambut gimbal. Keesokan harinya baru dilakukan
kirab menuju tempat pencukuran, si anak diarak dari rumah sesepuh
pemangku adat dan berhenti di dekat Sendang Maerokoco atau Sendang
Sedayu, tempat penyucian rambut. Setelah itu, barulah ritual pemotongan
rambut dilaksanakan. Potongan rambut gimbal tersebut kemudian
dihanyutkan ke Telaga Warna yang menandakan bahwa rambut tersebut
dikembalikan ke pemiliknya, yaitu Ratu Laut Kidul.
Acara ini diperkirakan mampu menarik
lebih dari 15 ribu pengunjung sehingga wisatawan disarankan memesan
penginapan dari jauh hari sebelumnya. Jika Anda ingin tinggal di desa
sekitar Dieng, ada banyak losmen kecil dan hotel di sini. Anda juga
dapat tinggal di rumah penduduk yang dapat disewa dengan harga relatif
murah.Terdapat beberapa homestay di Dieng Kulon maupun Dieng Wetan.
Dataran Tinggi Dieng sendiri terletak di
dua kabupaten sekaligus. Sebagian bernaung di Desa Dieng Kulon,
Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara dan sebagian lagi berada di
Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah. Dataran tinggi Dieng
bagaikan ‘negeri di atas awan’ karena terhampar di ketinggian 2.000 m
di atas permukaan laut membuat udaranya sejuk dan menyegarkan serta
ditutupi kabut tebal. Karena keindahannya yang menakjubkan inilah
diyakini bahwa Dieng dipilih sebagai kawasan sakral dan tempat
bersemayamnya Dewa Dewi.
Dieng. Yes dengan penghuni yg ramah2
ReplyDeletePost a Comment